Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus mengalami pelemahan sejak akhir April 2019 hingga saat ini. Sentimen negatif ekonomi global khususnya perang dagang AS dengan China disebut-sebut jadi penyebabnya.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor Bank Indonesia, hari ini, Selasa, 14 Mei 2019, rupiah diperdagangkan di posisi Rp14.444 per dolar AS, melemah dari hari sebelumnya yang di posisi Rp14.362.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut lebih disebabkan oleh faktor eksternal, yakni kembali memanasnya perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China sejak dimulai pada pekan lalu.
"Situasi internasional tidak kondusif, dan kalau tidak kondusif itu selalu yang terjadi negara emerging market dirugikan. Ya itu, seperti tahun lalu, tergantung Trump dan Xi Jinping," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Tidak hanya itu, menurutnya, perang perdagangan yang kembali memanas antara dua negara digdaya ekonomi tersebut akan membuat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 kembali mengalami defisit setelah pada Maret surplus US$540 juta. Meski begitu, Darmin enggan merincikan perkiraan besaran defisitnya.
"Kelihatannya neraca perdagangan kita mungkin akan defisit kembali, tapi lihat besok saja deh (pengumuman Badan Pusat Statistik),
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China meningkat awal pekan ini setelah Beijing mengumumkan akan menaikkan tarif bagi produk ekspor AS sebesar US$60 miliar mulai bulan depan.
Langkah ini dilakukan China menanggapi keputusan Presiden AS Donald Trump pekan lalu, yang menaikkan bea masuk pada barang dagang China bernilai ratusan miliar dolar.
Menurut pernyataan Komisi Kebijakan Tarif Dewan Negara-Kabinet China, peningkatan tarif yang diumumkan Beijing pada Senin kemarin menargetkan sejumlah barang pertanian dan manufaktur Amerika Serikat.
Sebelumnya, Trump juga memerintahkan dimulainya proses untuk mengenakan bea baru pada barang dagangan tambahan China, senilai US$325 miliar. Namun dia menegaskan, Washington belum memutuskan apakah akan segera mengenakan pungutan tersebut.
No comments:
Post a Comment