Dian Djuariah Maimun Al Rasyid pendiri Masjid Kubah Emas Depok, Jawa Barat, meninggal dunia pada Jumat (29/3/2019) dini hari. Dian yang meninggal dunia di usia 70 tahun karena mengidap pnemonia atau infeksi paru-paru meninggalkan 14 anak dan 38 cucu. Ia merupakan sosok yang dikenal banyak orang karena kedermawanannya. Buktinya saja, ratusan orang berbondong-bondong ingin memberikan bunga kepada penggagas masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut. Dian meninggalkan kisah inspiratif yang patut diteladani generasi muda...
"Ibu hanya ingin syiar agama dan memiliki rumah Allah yang lebih bagus dari rumahnya. Kalimat itulah yang selalu ibu ucapkan kepada anak-anaknya," kenang anak kedelapan Dian, Ratu Ayu Novianti, anak kedelapan, di Masjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat, Jumat. Keinginan Dian terwujud. Masjid Kubah Emas buah pikirannya berdiri megah di Jalan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat.
Dian dikenal sebagai pengusaha asal Banten. Ia membeli tanah di kawasan tersebut pada tahun 1996. Kemudian, masjid itu dibangun mulai tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid Kubah Emas dibuka untuk umum pada 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha pada tahun tersebut.
Masjid Kubah Emas berdiri di atas lahan seluas 50 hektare, sedangkan masjid tersebut seluas 60x120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. Masjid tersebut dapat menampung sekitar lebih kurang 20.000 jemaah. Tak heran jika masjid itu disebut-sebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid Kubah Emas diketahui memiliki lima kubah, yang terdiri dari satu kubah utama dan empat kubah kecil.
Kubah dilapisi emas setebal dua sampai tiga milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal, India. Kubah utama memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara itu, empat kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.
Selain itu, terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton. Relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Salah satu bagian dari Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas yang berlokasi di Jalan Raya Meruyung,
Sawangan, Depok. Foto diambil pada Senin (5/6/2017).(Kompas.com/Alsadad Rudi) Begitu pula pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid juga dilapisi emas. Sementara, mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah juga berlapis bahan prado atau sisa emas. Arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk untuk memperkuat ciri keislaman.
Kemudian, ruang masjidnya yang didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem memberikan karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang
diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia. Tak hitung uangnya... Suasana Pemakaman Dian Al Mahri, di Masjid Kubah Emas, Cinere, Depok, Jawa Barat, Jumat (29/3/2019).(KOMPAS.
COM/CYNTHIA LOVA) Meskipun demikian, Dian tidak ingin anak-anaknya mengetahui berapa besar uang yang ia keluarkan untuk membangun masjid megah tersebut. "Beliau banyak membuat
masjid di beberapa tempat, dia membangun rumah Allah di mana-mana. Kami sebagai anak-anaknya tidak boleh menghitung apa yang sudah kita keluarkan atau diberikan. Jadi kami tidak boleh mengingat lagi, yang penting tugas kami adalah merawatnya," kata Ratu bercerita.
Ia mengatakan, Dian juga menginginkan dimakamkan di halaman depan Masjid Kubah Emas. "Beliau punya beberapa taman wakaf, tetapi beliau ingin ketika sudah dipanggil Allah ingin
dimakamkan di belakang mimbar atau depan masjid sini. Ini keinginan ibu, mungkin dia ingin dekat dengan masjid dan ingin selalu dekat dengan rumah Allah," ujarnya tersenyum.
No comments:
Post a Comment